PENELITIAN
“ALIH KODE DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DI MIM II KEMUNING”
Oleh :
Johan
Edy Raharjo ( 0921104090 )
PBSI
2009 R/D
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI PONOROGO
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak lepas dari
dunia pendidikan. Sejak lahir setiap individu akan memperoleh pendidikan agar
dapat berkembang sesuai tingkatan-tingkatan umur serta diharapkan mampu hidup
di lingkungan sosial secara wajar. Pendidikan dapat dilakukan dimanapun berada,
di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat ataupun yang lainnya. pendidikan
formal, yakni pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah swasta maupun
negeri. Merupakan salah satu tempat bagi peserta didik untuk memperoleh pendidikan.
Proses pendidikan memerlukan waktu yang relatif panjang. Dalam waktu yang
panjang itu ilmu pengetahuan sedikit-demi sedikit diberikan sesuai dengan
kebutuhan ilmu pengetahuan di setiap jenjang yang sedang ditempuh. Proses
belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting dalam menyampaikan materi
ajar. Berbagai pendekatan, metode, strategi
pembelajaran digunakan untuk memperlancar dan mempermudah pemahaman
peserta didik terhadap materi ajar. Bahasa sebagai media pokok yang berperan
penting dalam proses pembelajaran di kelas, komunikasi multi arah akan tercapai
dan proses pembelajaran akan semakin mudah dan menyenangkan. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi dalam hubungannya sebagai bahasa pengantar pendidikan di
sekolah-sekolah akan menjadi pijakan bahwa bahasa pengantar di lembaga
pendidikan mulai dari tingkat yang terendah sampai pendidikan tertinggi dengan
menggunakan Bahasa Indonesia. Namun dalam praktiknya di lingkungan pendidikan,
tidak hanya Bahasa Indonesia akan tetapi bahasa lainnya seperti Bahasa Jawa,
Bahasa Inggris juga digunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar.
Dengan penggunaan berbagai bahasa akan memberi berbagai pengaruh dalam proses
pembelajaran di kelas.
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka permasalahan pokok secara spesifik dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana
alih kode dalam proses pembelajaran?
b. Mengapa
terjadi alih kode?
c. Apa
manfaat dengan adanya alih kode pada proses pembelajaran?
1.3.Tujuan.
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka penulisan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Untuk
mendeskripsikan alih kode dalam proses pembelajaran
b. Untuk
menjelaskan mengapa terjadi alih kode dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan
gambaran manfaat adanya alih kode pada proses pembelajaran.
1.4. Manfaat.
Hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, antara lain :
a. Bagi
guru
Dapat
memberikan wawasan serta baik buruknya alih kode dalam proses pembelajaran.
b. Bagi
mahasiswa
Dapat
memberikan wawasan tentang alih kode.
c. Bagi
peneliti
Dapat
meningkatkan pemahaman tentang alih kode dalam proses pembelajaran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. Pengertian.
Pengertian
bahasa seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko
Kentjono 1982). “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkominukasi,
dan mengidetifikasikan diri”.
Appel (1976:79) mendefinisikan alih
kode itu sebagai, “Gejala pemakaian bahasa karena berubahnya situasi”. Berbeda
dengan Appel yang mengatakan bahwa alih kode itu terjadi antar bahasa, maka
Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya antar bahasa, tetapi
dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu
bahasa.
2.2. Jenis.
Alih kode dapat di bagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1. Alih
kode dalam satu bahasa, merupakan alih kode yang terjadi dalam satu bahasa.
Alih kode ini terjadi antar ragam atau gaya bahasa yang digunakan dengan ragam
atau gaya bahasa lainnya dalam satu bahasa.
2. Alih
kode antar bahasa, merupakan alih kode yang terjadi karena perubahan penggunaan
bahasa satu ke bahasa lainnya.
2.3. Faktor.
Dalam berbagai kepustakaan linguistik
secara umum penyebab alih kode itu antara lain
:
a. Pembicara
atau penutur
b. Pendengar
atau lawan tutur
c. Perubahan
situasi dengan hadirnya orang ketiga
d. Perubahan
dari formal ke informal atau sebaliknya
e. Perubahan
topik pembicaraan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.
Jenis
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif berupa mengambarkan
objek apa adanya tidak berdasarkan angka.
3.2.
Objek Penelitian.
Objek
penelitian ini adalah siswa dan guru MIM II kemuning kec, Tegalombo Kab,
Pacitan.
3.3. Data Penelitian.
Data
penelitian ini di peroleh dari hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung.
3.4. Metode Pengumpulan
Data.
Dalam
pengumpulan data, penulis mengunakan cara mengamati langsung, mencatat
pembicaraan antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.5. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka
penulis mengadakan analisis. Untuk menganalisis data, penulis mengaitkan hasil
data yang telah diperoleh dengan landasan teori yang telah diungkapkan pada bab
sebelumnya.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Pembahasan
a.
Percakapan pertama
Guru : Sekarang kalian buka bab berikutnya, di situ ada gambar dan
paragraf di sampingnya, coba kalian baca.
Siswa : iya pak. Pak ini digambar pak? di kerjakan pak?
Guru : lha piye to cah, woconen bacaane disik, ora digambar utowo di
garap. Opo iso nek ora moco langsung di garap.
Siswa : ow gitu ya pak.
Guru : iya.nduk.
Dari
hasil percakapan antara siswa dan guru pada percakapan pertama diatas. Guru
pada awal mulanya berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Namun, pada saat ada
seorang siswa yang belum memahami instruksi guru, menanyakan apa yang harus
dilakukannya. Guru yang memahami bahwa murid tersebut belum paham maksud yang
disampaikan menjelaskan kembali apa yang baru saja disampaikan, namun tidak
lagi menggunakan Bahasa Indonesia akan tetapi beralih menggunakan Bahasa Jawa
Agar Siswa tersebut bisa memahami maksud yang disampaikan. Dengan penggunaan
Bahasa Jawa yang merupakan Bahasa Ibu sangat membantu pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru. Setelah siswa memahami instruksi yang
diberikan. Guru beralih kode lagi dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
b. Percakapan
kedua.
Guru : Kalian sudah paham belum?
Siswa : belum pak.
Guru : yang mana yang belum kalian pahami?
Siswa : cara mengerjakan pak.
Guru : perhatikan dulu.
Nulise mengko ae. Carane yoiku sing
nduwur di pingne karo sing nduwur hasile di tulis, lha, sing ngisor yo podo, ngisor di pingne
karo sing ngisor. Hasile di tulis. Nek wis ketemu trus di sederhanakne.
Bagaimana, masih bingung? Sudah
paham belum?.
Siswa : paham pak.
Pada percakapan kedua tidak jauh
berbeda dengan data sebelumnya. Guru juga melakukan alih kode dari Bahasa
Indonesia ke Bahasa Jawa. Karena penggunaan Bahasa Jawa pada saat menyampaikan
atau menjelaskan materi kepada siswa dianggap lebih mudah dipahami karena hal
ini berkaitan dengan kemampuan kebahasaan peserta didik dalam tingkatan sekolah
dasar cenderung menggunakan Bahasa Jawa, bahasa sehari-hari lebih sering
digunakan.
c. Percakapan
ketiga.
Guru : selamat
pagi anak-anak.
Siswa : selamat
pagi bu.
Guru : how
are you today?
Siswa : I
am Fine.
Guru : sudahkah
kalian berdoa? Sampun berdoa?.
Siswa : sampun
bu.
Guru : baiklah,
mari kita mulai pelajaran hari ini.
Sedangkan pada data percakapan ketiga
diatas. Pada saat proses pembelajaran, guru menggunakan tiga bahasa pada saat
membuka pelajaran. Penggunaan beberapa bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Bahasa Jawa secara
berturut-turut merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk mengenalkan
berbagai bahasa kepada siswa. Memberi stimulus untuk menarik perhatian seluruh
kelas. Selain itu proses pembelajaran lebih bervariasi, kelas lebih mudah
dikondisikan karena perhatian siswa akan terpusat, siswa lebih antusias, serta
tidak membosankan.
d. Percakapan
keempat
Guru : hari
ini kita akan mempelajari tentang surat resmi. Sekarang kalian buka bab yang
membahas tetang materi surat resmi.
Siswa : baik
pak.
Guru : apakah
hari ini ada yang tidak masuk?
Siswa : ada
pak.
Guru : siapa?
Siswa : Toto
pak.
Guru : kenapa
ngak masuk? Buat surat atau tidak?.
Siswa : ngak
tau pak. Ngak ada suratnya.
Guru : ya
udah ngak apa-apa. Lain waktu jika kalian tidak masuk harus membuat surat izin.agar
jelas kenapa kalian tidak masuk. Baiklah mari kita lanjutkan pelajaran hari
ini.
Pada percakapan ke empat ini
terlihat percakapan antara guru dan siswa yang membicarakan materi pelajaran
yang akan dibahas. Namun sebelum pembahasan materi pelajaran dimulai, guru
menanyakan siapa yang tidak masuk sekolah. Semula mereka menggunakan ragam bahasa
resmi saat sedang membicarakan materi pelajaran. Akan tetapi setelah
pembicaraan beralih pada masalah siswa yang tidak masuk sekolah terjadi alih
kode, mereka menggunakan ragam bahasa santai untuk membicarakan siswa yang
tidak masuk. Dengan adanya alih kode akan melumerkan kekakuan suasana formal
dan menggambarkan kedekatan dan keakraban hubungan antara siswa dan guru.
Guru
melakukan alih kode pada saat proses pembelajaran berlangsung karena penguasaan
bahasa siswa masih dalam hal yang
sederhana. Dalam hal penyampaian materi ajar penggunaan bahasa lokal boleh
dilakukan untuk menunjang pemahaman siswa. Apalagi untuk tingkat sekolah dasar
harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Alih kode juga bisa menjadi stimulus
siswa untuk lebih cepat memahami materi. Untuk merangsang fungsi ingatan dan
imajinasi individu yang memungkinkan
anak mampu menggunakan fungsi intelektual dalam mengenal dan menganalisis harus
diberi stimulus. Stimulus yang kuat dapat menarik perhatian sehingga pemahaman
siswa terhadap materi ajar bisa tercapai secara maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Alih
kode dalam pembelajaran merupakan pemakaian beberapa bahasa, ragam bahasa pada
saat proses belajar mengajar secara bergantian. Alih kode sering terjadi sebab
peserta didik maupun pendidik menguasai lebih dari satu bahasa ataupun ragam
bahasa yang bermacam-macam.
b. Alih
kode terjadi karena peserta didik dan pendidik menguasai lebih dari satu bahasa,
penjelasan materi ajar akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik, penggunaan
berbagai bahasa akan memberikan stimulus. Stimulus ini untuk merangsang fungsi
ingatan dan imajinasi individu yang
memungkinkan anak mampu menggunakan fungsi intelektual dalam mengenal dan
menganalisis.
c. Manfaat
alih kode dalam pembelajaran dikelas antara lain : peserta didik lebih mudah
memahami apa yang dijelaskan oleh pendidik (guru), kondisi kelas lebih
terkondisikan, proses pembelajaran lebih bervariasi, Tidak membosankan,
sehingga kondisi kelas lebih rileks.
5.2. Saran.
Didalam
proses pembelajaran di kelas, seorang guru dituntut untuk lebih peka terhadap
perkembangan peserta didiknya. Mempunyai daya pikir yang cerdas. Beberapa
tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu menguasai materi pelajaran secara
maksimal. Sehingga pendidik (guru) diharapkan mengetahui cara yang tepat untuk
memperlancar proses belajar mengajar di kelas sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dengan mempelajari alih kode dalam proses belajar mengajar di
kelas kita akan lebih memahami manfaat apa yang terkandung didalamnya. Kita
akan menjadi manusia yang berwawasan luas, cerdas, percaya diri. Lebih-lebih
menjadi lebih dewasa, bijaksana dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
yang kita emban.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.
1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin, 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.
Sleman, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sutejo, 2009. Menemukan Profesi Dengan Mahir Berbahasa. Surabaya:Lentera Cendikia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar