ANALISIS ASPEK
GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL
NASKAH DRAMA "PEACE''
KARYA PUTU WIJAYA
A.
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang.
Berbicara mengenai sastra tentunya
tak akan ada habisnya. Banyak sekali pengertian mengenai sastra. Sastra
merupakan karya imajinatif, sastra adalah sebuah penciptaan, hasil kreatifitas.
Sastra adalah ekspresi atau ungkapan jiwa yang disampaikan dengan medium bahasa
yang berisi tentang pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat,
keyakinan, kepercayaan, dan lain-lain. Pengertian sastra diterapkan pada seni
sastra. Memberikan pengertian pada objek puisi,
cerpen, novel, dan drama. Genre-genri sastra ini sering disebut fiksi (fiction). Dalam konteks ini sering diungkapkan sastra adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan secara tidak langsung. Sastra adalah karya kreatif yang berisi aspirasi masyarakat yang tidak mungkin diungkapkan di depan umum (Sujarwoko,2009:2).
cerpen, novel, dan drama. Genre-genri sastra ini sering disebut fiksi (fiction). Dalam konteks ini sering diungkapkan sastra adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan secara tidak langsung. Sastra adalah karya kreatif yang berisi aspirasi masyarakat yang tidak mungkin diungkapkan di depan umum (Sujarwoko,2009:2).
Berbicara drama, drama merupakan
karya sastra yang dipentaskan, disajikan diatas panggung dengan beberapa tokoh.
Setiap penulis memiliki kekhasan tersendiri dalam menuangkan ide dan
gagasannya. Dalam kajian kali ini, dipilih naskah drama sebagai objek kajian. Setidaknya
ada dua alasan dalam kajian yang pertama adalah naskah drama Peace merupakan
naskah drama karya penulis terkemuka, yakni Putu Wijaya yang tentunya memiliki
keunikan tersendiri dan memiliki makna yang mendalam. Alasan yang kedua, naskah
drama Peace karya Putu Wijaya
merupakan naskah dengan lakon anak/remaja yang sangat menarik untuk dianalisis.
2.
Tentang
naskah drama
Seperti yang telah dikemukakan
bahwa analisis ini mengambil objek kajian karya sastra yang berupa naskah drama
berjudul Peace karya Putu Wijaya.
Secara lengkap naskah drama tersebut dilampirkan pada bagian terakhir
(lampiran). Terdiri dari tiga luluh lima halaman. Menceritakan sebuah kisah
perdamaian antara Anak Raksasa Gimbal, Telur, Pemburu Jahat, Anak Dunia.
3.
Sinopsis.
Drama ini berkisah tentang
perburuan yang dilakukan oleh Pemburu Jahat ke dalam hutan, pada saat Anak
Raksasa Gimbal sedang bermain-main, menemukan sebuah telur raksasa dan mengarak
dibawa jauh dan diamankan agar tidak diganggu. Datanglah Pemburu jahat yang
membawa senapan dan menjerat Raksasa Purba, hingga Raksasa Purba terjerat oleh
tali Pemburu Jahat. Telur yang dibawa oleh Anak Rasasa Gimbal diletakkan
disuatu tempat dan ditinggalkannya sendiri karena hari telah malam. Muncul
Pemburu jahat dan menemukan telor Raksasa Purba, Pemburu Jahat berkehendak
untuk membawa Telur keluar hutan, walaupun masih telur, telur itu bisa
berbicara, ketiaka Pemburu Jahat akan membawanya, Telur berteriam
memanggil-manggil ibunya, Raksasa Purba, Raksasa Purba mendengar jeritan
anaknya namun tidak bisa menolongnya karena jeratan tali Pemburu Jahat, Anak
Raksasa Gimbal juga tidak bisa menolong, begitu juga anak dunia, yang terkena
bujuk rayu Pemburu Jahat, setelah diberitahu oleh Anak Raksasa Gimbal bahwa
orang yang meminta tolong kepada Anak Dunia adalah Pemburu Jahat, maka Anak
Dunia yang terkena tipu daya Pemburu Jahat mengetahui bahwa orang yang ditolong
adalah Pemburu Jahat. Ketika Telor dan Anak Dunia telah dibawa oleh Pemburu
Jahat, Anak Raksasa Gimbal melepaskan tali jeratan Rasasa Purba dan memberitahu
bahwa anaknya, Telur telah dibawa oleh Pemburu Jahat. Dan pada akhirnya,
Raksasa Purba yang bersatu dengan Anak Raksasa Gimbal bisa membebaskan Telur
dan Anak Dunia, serta pemburu jahat lari meninggalkan mereka.
B.
Analisisaspek
gramatikal
analisis wacana naskah drama ini
dari segi aspek gramatikal meliputi pengacuan (Referensi), penyulihan
(substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
1.
Referensi
pengacuan (referensi ) dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.
Pengacuan persona yang ditemukan dalam naskah drama ini mencakup persona
pertama, kedua, dan ketiga. Pengacuan dapat diamati pada baris kalimat berikut.
a. Persona
pertama
Persona
tunggal terdapat pada kutipan berikut:
Unsur
aku.
1.
Aha itu dia yang aku cari
Harus aku tembak tapi peluru habis
Jadi lebih baik aku jerat
Nanti aku pamerkan keliling dunia
Aku akan kaya raya dan kuasai semesta (hal.3)
2.
Aku akan kaya
Jadi selebriti
Aku akan kuasa (hal.3)
3.
Aku kaya aku kuasa
Aku ngetop terus nonstop (hal.32)
4.
Tolong, aku dicuri!
5.
Tolong aku sudah dicipoai! (hal.13)
6.
Ya sayang, aku ini Makmu sayang!(hal.16)
7. Kalau
aku lari kalian bagaimana? (hal.25)
8. Kan
aku belum sekolah (hal.28)
9.
Habis aku kan binatang. Lupa ya?!
Dalam
kutipan diatas menunjukkan pemakaian unsur aku persona pertama dengan realitas
yang diacu berpindah pindah tergantung pada siapa penuturnya. Pada kutipan (1),
(2), dan (3) mengacu pada Pemburu Jahat. Pada kutipan (5), (6), (7), (8) dan (9) mengacu
pada telur, anak dari Biantang Purba.
Unsur –ku
1.
Kalau hari ini nasibku masih sial
Alamat dipecat senjataku dirampas
Maka aku marah darahku panas (hal.3)
2.
Kembalikan lagi aku pada Makku sendiri!(13)
3.
Lho di mana telorku? Siapa yang sudah mencuri telurku.
Telorrrrrrr! Di mana kamu telorrrrrrrrrr!(hal.16)
4. Aduh!
Telorku satu lagi!(hal.24)
Dari kutipan diatas juga menunjukkan pemakaian unsur –ku mengacu pada
beberapa pemutur. Unsur –ku pada kutipan (1) dan (3) mengacu pada Pemburu
Jahat, sedangkan pada kutipan (2) dan (4) mengacu pada Telor.
Unsur kami dan kita
dapat ditemukan pada kutipan berikut
1.
Kita yang hidup di dalam hutan(hal.2)
2.
Kami anak seluruh bangsa (hal.8)
3.
Kita anak dunia
4.
kita jaga masa depan bersama (hal.8)
5.
Ayo kabur, nanti
dikira kita pejahat (hal.12)
6.
Waduh dia diikat. Ayo kita tolong! (hal.31)
Pada
kutipan diatas, kutipan (1) dan (5) mengacu pada anak raksasa, sedangkan
kutipan (2), (3), dan (4) mengacu pada Anak Dunia, sedangkan kutipan (6)
mengacu pada Anak Raksasa dan Raksasa Purba.
b. Persona kedua
Penggunaan acuan persona kedua dapat ditemukan pada kutipan berikut ini
Unsur kamu, kau,
-mu, kalian
1. Kau
yang asing entah dari mana (hal.2)
2. Siapa
itu yang menjerit? Kaukah itu anakku?(hal.6)
3.
Kalian ini anak siapa (hal.10)
4.
Kau bicara?
(hal.13)
5.
Jangan bengong! Itu kan
lagu kamu! Aku sudah capek nyanyi, kenapa aku tidak ditolong! Tolong
dong jangan telmi! Tolong!(hal.22).
6.
Kamu semua akan aku jual. Jantungmu, hatimu, limpamu,
matamu akan aku copot satu per satu, lalu dijual harganya lagi tinggi sekali.
Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu, he-he-he aku hebuuuuuaaaaaaaat!!!(hal.25).
7.
Habis namamu siapa? (hal.26).
8.
Kamu pemalas! Kamu harus dihajar! (hal.32).
9.
Heee Nyonya, jangan keenakan senang-senang sendiri di
luar negeri, anakmu mau dikilo dijadikan somay!(hal.31).
10. Anakmu
tanggungjawabmu!!!(hal.30).
Dari
kutipan diatas, kutipan (1), unsur kau
mengacu pada Raksasa Purba, kutipan (2), (4) mengacu pada Telur. Unsur kalian, pada kutipan (3), unsur kamu, -mu pada kutipan (6) dan (8)
mengacu pada Anak Dunia. Unsur –mu pada kutipan (9) dan (10) mengacu paca Raksasa
Purba.
c.
Persona ketiga ia, dia, di, -nya, mereka
Unsur persona ketiga dalam naskah drama Peace
karya Putu Wijaya nampak seperti berikut ini
1.
Jangan nanti ibunya mencari. Lihat dia sudah mau
menetas.(hal.4).
2.
Daripada induknya yang sudah tua Bangka(hal.5).
3.
Lebih baik anaknya yang masih remaja.(hal.5).
4. Artinya
dia memang gali(hal.22)
5.
Panggil ibunya!(hal.29)
6.
Lho dia bicara!(hal.30)
Pada kutipan diatas, unsur –nya kutipan (1), (2), dan (5) mengacu pada Telur. Unsur -nya pada
kutipan (3) mengacu pada Raksasa Purba. Sedangkan unsur dia pada kutipan (6) mengacu pada Telur.
2.
pelesapan
(elipsis)
pelesapan merupakan salah satu
jenis aspek gramatikal yang berupa penghilangan unsur tertentu yang telah
disebutkan, unsur yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, atau klausa. Dalm
teks drama pengilangan unsur semacam itu dapat diamati pada kalimat berikut.
“
Ha-ha-ha-ha, itu ketawa kemenangan. Hi-hi-hi – itu ketawa kesuksesan. Hu-hu-hu,
itu ketawa karena kamu bodo kebo. He-he-he-he, itu ketawa pahit karena aku
kehilangan telor. Tapi tidak apa kamu semua anak-anak dunia jadi gantinya. Kamu
semua akan aku jual. Jantungmu, hatimu, limpamu, matamu akan aku copot satu per
satu, lalu dijual harganya lagi tinggi sekali. Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu,
he-he-he aku hebuuuuuaaaaaaaat!!!”
Pada kalimat tersebut terjadi
pelesapan, khususnya pelesapan objek, yang sebenarnya dapat ditulis kembali
objek itu. Objek yang dilesapkan yaitu telor
yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Pelesapan sebagai salah satu
aspek gramatikal pendukung kepaduan wacana itu berfungsi untuk memenuhi
kepraktisan dalam bertutur, apalagi dalam drama, sangat perlu sekali adanya
kepraktisan dalam naskah agar dapat dipentaskan dengan baik, selain itu
berfungsi untuk mengaktifkan pikiran pemirsa terhadap hal-hal yang tidak
diungkapkan dalam percakapan yang diucapkan.
3. Perangkaian (konjungsi).
Perangkai (konjungsi) merupakan
salah satu aspek gramatikal yang berfungsi menghubungkan antara unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya. Dalam naskah drama yang dikaji ini ditemukan
konjungsi dan, seperti tampak pada kutipan berikut.
1.
Malam hari ada bintang dan bulan (hal.2)
2.
Aku akan kaya raya dan kuasai semesta (hal.3)
3.
Menjadi kawan sahabat dan saudara (hal.5)
4.
Sebab aku belum mandi dan sikat gigi (hal.6).
5.
Damai tanpa perang damai dengan tenang (hal.9).
Pada kutipan diatas, konjungsi dan
muncul beberapa kali dalam satu naskah.
C. Aspek leksikal.
Aspek leksikal yang digunakan dalam naskah drama Peace karya Putu Wijaya berupa repetisi
(pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan unsur wacana
(kata,frasa, klausa) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai (gorys Keraf,1994:127). Repetisi dalam naskah drama Peace karya Putu Wijaya tampak dalam
tuturan berikut.
1. Kita
yang hidup di dalam hutan
Pohon-pohon
semua adalah teman
Malam hari ada
bintang dan bulan
Margasatwa
tidur kita mulai jumpalitan
Cari buah yang
jatuh disenggol kelelawar
Sambil
menyanyi menari kejar-kejaran
Tidak seperti
manusia yang suka tengkar
Mencuri milik
orang tidak suka berkawan (hal.2,4-5,34).
2.
Kami anak seluruh bangsa
Pewaris masa depan dunia
Kami cinta damai dan persaudaraan
Kami cinta sesama dan kesetaraan
Langkah kami kecil tapi pasti
Jalan kami pelan tapi lurus
Hentikan sengketa lestarikan sejahtera
Damai tanpa perang damai dengan tenang
Damai, damai, damai (hal.8,9,20,21,34,35).
3.
Kau yang asing entah dari mana
Datang
berkunjung cari rumah baru
Setelah makan
kamu pun bertelor
Mari kawan
kita jaga agar menetas
Ibunya kerja
keras untuk terus hidup
Semua mahluk
adalah teman kita
Hidup damai dunia milik bersama (hal.3-4,15)
4.
Yang tak berdaya kita tolong
Yang rajin
kerja kita sokong
Tidak boleh
pilih kasih
Damai harus
tanpa warna. (hal. 10,
11,22,24,26,31)
pada tuturan kutipan (1)
secara keseluruhan/penuh diulang sebanyak tiga kali, kutipan (2) diulang enam
kali, kutipan (3) diulang tiga kali, dan pada kutipan (4) diulang sebanyak enam
kali. Pengulangan tersebut dimaksudkan untuk menekankan bahwa sebuah perdamaian
harus dijunjung tinggi, sebuah perdamaian yang diinginkan.
Contoh repetisi lain yang ada
dalam naskah drama Peace dapat diamati pada kutipan berikut.
5.
Telor, telor, siapa tidak doyan telor
Telor sebesar gajah, cukup buat sarapam satu tahun
Telor akan bikin aku kaya raya
Telor akan bikin aku berkuasa
Sukses besar karena aku pemburu perksasa (hal.7).
Pada kutipan (5) menunjukkan
adanya repetisi epizeuksis, yaitu pengulangan satu lingual (kata) yang
dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Kata telur diulang sebanyak
lima kali, hal ini menggambarkan bahwa telur yang diperoleh memang telur yang
besar, telur yang sangat berharga.
Ada juga repetisi anapora
seperti pada kutipan berikut.
Siapa kuat dia menang
Siapa jahat dia senang
Aku kaya aku kuasa
Aku ngetop terus nonstop
Kata siapa pada larik pertama dan kedua, dan aku pada
larik ketiga dan keempat diulang sebanyak dua kali, repetisi anapora seperti
itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata/frasa yang diulang.
D. Kesimpulan
Berdasarakan kajian naskah drama dengan
judul Peace karya Putu Wijaya dengan
kajian aspek gramatikal dan leksikal dapat di simpulkan sebagai berikut.
1. Dalam naskah drama peace karya Putu Wijaya terdapat aspek gramatikal yang meliputi: pengacuan
(Referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian
(konjungsi).
2. Sedangkan aspek leksikal berupa repetisi.
Repetisi dalam naskah drama Peace karya
Putu Wijaya sangat dominan karena begitu banyaknya pengulangan yang dilakukan.
Dengan adanya pengulangan yang sangat dominan membuat naskah drama Peace memiliki keunikan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarlam,2003. Teori
dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Eriyanto, 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: PT LkiS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar