Selamat Datang

Mari berbagi ilmu, saling melengkapi. jika ada kesalahan saling membenahi.

Selasa, 09 Juni 2015

Analisis aspek gramatikan dan leksikal



ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL
NASKAH DRAMA "PEACE'' KARYA PUTU WIJAYA

A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang.
Berbicara mengenai sastra tentunya tak akan ada habisnya. Banyak sekali pengertian mengenai sastra. Sastra merupakan karya imajinatif, sastra adalah sebuah penciptaan, hasil kreatifitas. Sastra adalah ekspresi atau ungkapan jiwa yang disampaikan dengan medium bahasa yang berisi tentang pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan, kepercayaan, dan lain-lain. Pengertian sastra diterapkan pada seni sastra. Memberikan pengertian pada objek puisi,
cerpen, novel, dan drama. Genre-genri sastra ini sering disebut fiksi (fiction). Dalam konteks ini sering diungkapkan sastra adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan secara tidak langsung. Sastra adalah karya kreatif yang berisi aspirasi masyarakat yang tidak mungkin diungkapkan di depan umum (Sujarwoko,2009:2).
Berbicara drama, drama merupakan karya sastra yang dipentaskan, disajikan diatas panggung dengan beberapa tokoh. Setiap penulis memiliki kekhasan tersendiri dalam menuangkan ide dan gagasannya. Dalam kajian kali ini, dipilih naskah drama sebagai objek kajian. Setidaknya ada dua alasan dalam kajian yang pertama adalah naskah drama Peace merupakan naskah drama karya penulis terkemuka, yakni Putu Wijaya yang tentunya memiliki keunikan tersendiri dan memiliki makna yang mendalam. Alasan yang kedua, naskah drama Peace karya Putu Wijaya merupakan naskah dengan lakon anak/remaja yang sangat menarik untuk dianalisis.

2.      Tentang naskah drama
Seperti yang telah dikemukakan bahwa analisis ini mengambil objek kajian karya sastra yang berupa naskah drama berjudul Peace karya Putu Wijaya. Secara lengkap naskah drama tersebut dilampirkan pada bagian terakhir (lampiran). Terdiri dari tiga luluh lima halaman. Menceritakan sebuah kisah perdamaian antara Anak Raksasa Gimbal, Telur, Pemburu Jahat, Anak Dunia.

3.      Sinopsis.
Drama ini berkisah tentang perburuan yang dilakukan oleh Pemburu Jahat ke dalam hutan, pada saat Anak Raksasa Gimbal sedang bermain-main, menemukan sebuah telur raksasa dan mengarak dibawa jauh dan diamankan agar tidak diganggu. Datanglah Pemburu jahat yang membawa senapan dan menjerat Raksasa Purba, hingga Raksasa Purba terjerat oleh tali Pemburu Jahat. Telur yang dibawa oleh Anak Rasasa Gimbal diletakkan disuatu tempat dan ditinggalkannya sendiri karena hari telah malam. Muncul Pemburu jahat dan menemukan telor Raksasa Purba, Pemburu Jahat berkehendak untuk membawa Telur keluar hutan, walaupun masih telur, telur itu bisa berbicara, ketiaka Pemburu Jahat akan membawanya, Telur berteriam memanggil-manggil ibunya, Raksasa Purba, Raksasa Purba mendengar jeritan anaknya namun tidak bisa menolongnya karena jeratan tali Pemburu Jahat, Anak Raksasa Gimbal juga tidak bisa menolong, begitu juga anak dunia, yang terkena bujuk rayu Pemburu Jahat, setelah diberitahu oleh Anak Raksasa Gimbal bahwa orang yang meminta tolong kepada Anak Dunia adalah Pemburu Jahat, maka Anak Dunia yang terkena tipu daya Pemburu Jahat mengetahui bahwa orang yang ditolong adalah Pemburu Jahat. Ketika Telor dan Anak Dunia telah dibawa oleh Pemburu Jahat, Anak Raksasa Gimbal melepaskan tali jeratan Rasasa Purba dan memberitahu bahwa anaknya, Telur telah dibawa oleh Pemburu Jahat. Dan pada akhirnya, Raksasa Purba yang bersatu dengan Anak Raksasa Gimbal bisa membebaskan Telur dan Anak Dunia, serta pemburu jahat lari meninggalkan mereka.

B.     Analisisaspek gramatikal
analisis wacana naskah drama ini dari segi aspek gramatikal meliputi pengacuan (Referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
1.      Referensi
pengacuan (referensi ) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Pengacuan persona yang ditemukan dalam naskah drama ini mencakup persona pertama, kedua, dan ketiga. Pengacuan dapat diamati pada baris kalimat berikut.
a.       Persona pertama
Persona tunggal terdapat pada kutipan berikut:
Unsur aku.
1.      Aha itu dia yang aku cari
Harus aku tembak tapi peluru habis
Jadi lebih baik aku jerat
Nanti aku pamerkan keliling dunia
Aku akan kaya raya dan kuasai semesta (hal.3)
2.      Aku akan kaya
Jadi selebriti
Aku akan kuasa (hal.3)
3.      Aku kaya aku kuasa
Aku ngetop terus nonstop (hal.32)
4.      Tolong, aku dicuri!
5.      Tolong aku sudah dicipoai! (hal.13)
6.      Ya sayang, aku ini Makmu sayang!(hal.16)
7.      Kalau aku lari kalian bagaimana? (hal.25)
8.      Kan aku belum sekolah (hal.28)
9.      Habis aku kan binatang. Lupa ya?!

Dalam kutipan diatas menunjukkan pemakaian unsur aku persona pertama dengan realitas yang diacu berpindah pindah tergantung pada siapa penuturnya. Pada kutipan (1), (2), dan (3) mengacu pada Pemburu Jahat. Pada  kutipan (5), (6), (7), (8) dan (9) mengacu pada telur, anak dari Biantang Purba.
Unsur –ku
1.      Kalau hari ini nasibku masih sial
Alamat dipecat senjataku dirampas
Maka aku marah darahku panas (hal.3)
2.      Kembalikan lagi aku pada Makku sendiri!(13)
3.      Lho di mana telorku? Siapa yang sudah mencuri telurku. Telorrrrrrr! Di mana kamu telorrrrrrrrrr!(hal.16)
4.      Aduh! Telorku satu lagi!(hal.24)

Dari kutipan diatas juga menunjukkan pemakaian unsur –ku mengacu pada beberapa pemutur. Unsur –ku pada kutipan (1) dan (3) mengacu pada Pemburu Jahat, sedangkan pada kutipan (2) dan (4) mengacu pada Telor.
Unsur kami dan  kita dapat ditemukan pada kutipan berikut
1.      Kita yang hidup di dalam hutan(hal.2)
2.      Kami anak seluruh bangsa (hal.8)
3.      Kita anak dunia
4.      kita jaga masa depan bersama (hal.8)
5.      Ayo  kabur, nanti dikira kita pejahat (hal.12)
6.      Waduh dia diikat. Ayo kita tolong! (hal.31)

Pada kutipan diatas, kutipan (1) dan (5) mengacu pada anak raksasa, sedangkan kutipan (2), (3), dan (4) mengacu pada Anak Dunia, sedangkan kutipan (6) mengacu pada Anak Raksasa dan Raksasa Purba.

b.      Persona kedua
Penggunaan acuan persona kedua dapat ditemukan pada kutipan berikut ini
Unsur kamu, kau,  -mu, kalian
1.      Kau yang asing entah dari mana (hal.2)
2.      Siapa itu yang menjerit? Kaukah itu anakku?(hal.6)
3.      Kalian ini anak siapa (hal.10)
4.      Kau bicara? (hal.13)
5.      Jangan bengong! Itu kan  lagu kamu! Aku sudah capek nyanyi, kenapa aku tidak ditolong! Tolong dong jangan telmi! Tolong!(hal.22).
6.      Kamu semua akan aku jual. Jantungmu, hatimu, limpamu, matamu akan aku copot satu per satu, lalu dijual harganya lagi tinggi sekali. Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu, he-he-he aku hebuuuuuaaaaaaaat!!!(hal.25).
7.      Habis namamu siapa? (hal.26).
8.      Kamu pemalas! Kamu harus dihajar! (hal.32).
9.      Heee Nyonya, jangan keenakan senang-senang sendiri di luar negeri, anakmu mau dikilo dijadikan somay!(hal.31).
10.  Anakmu tanggungjawabmu!!!(hal.30).

Dari kutipan diatas, kutipan (1), unsur kau mengacu pada Raksasa Purba, kutipan (2), (4) mengacu pada Telur. Unsur kalian, pada kutipan (3), unsur kamu, -mu pada kutipan (6) dan (8) mengacu pada Anak Dunia. Unsur –mu  pada kutipan (9) dan (10) mengacu paca Raksasa Purba.
c.       Persona ketiga ia, dia, di, -nya, mereka
Unsur persona ketiga dalam naskah drama Peace karya Putu Wijaya nampak seperti berikut ini
1.      Jangan nanti ibunya mencari. Lihat dia sudah mau menetas.(hal.4).
2.      Daripada induknya yang sudah tua Bangka(hal.5).
3.      Lebih baik anaknya yang masih remaja.(hal.5).
4.      Artinya dia memang gali(hal.22)
5.      Panggil ibunya!(hal.29)
6.      Lho dia bicara!(hal.30)

Pada kutipan diatas, unsur –nya kutipan (1), (2), dan (5) mengacu pada Telur. Unsur   -nya pada kutipan (3) mengacu pada Raksasa Purba. Sedangkan unsur dia pada kutipan (6) mengacu pada Telur.


2.      pelesapan (elipsis)
pelesapan merupakan salah satu jenis aspek gramatikal yang berupa penghilangan unsur tertentu yang telah disebutkan, unsur yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, atau klausa. Dalm teks drama pengilangan unsur semacam itu dapat diamati pada kalimat berikut.
Ha-ha-ha-ha, itu ketawa kemenangan. Hi-hi-hi – itu ketawa kesuksesan. Hu-hu-hu, itu ketawa karena kamu bodo kebo. He-he-he-he, itu ketawa pahit karena aku kehilangan telor. Tapi tidak apa kamu semua anak-anak dunia jadi gantinya. Kamu semua akan aku jual. Jantungmu, hatimu, limpamu, matamu akan aku copot satu per satu, lalu dijual harganya lagi tinggi sekali. Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu, he-he-he aku hebuuuuuaaaaaaaat!!!

Pada kalimat tersebut terjadi pelesapan, khususnya pelesapan objek, yang sebenarnya dapat ditulis kembali objek itu. Objek yang dilesapkan yaitu telor yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Pelesapan sebagai salah satu aspek gramatikal pendukung kepaduan wacana itu berfungsi untuk memenuhi kepraktisan dalam bertutur, apalagi dalam drama, sangat perlu sekali adanya kepraktisan dalam naskah agar dapat dipentaskan dengan baik, selain itu berfungsi untuk mengaktifkan pikiran pemirsa terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam percakapan yang diucapkan.

3.      Perangkaian  (konjungsi).
Perangkai (konjungsi) merupakan salah satu aspek gramatikal yang berfungsi menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Dalam naskah drama yang dikaji ini ditemukan konjungsi dan, seperti tampak pada kutipan berikut.
1.      Malam hari ada bintang dan bulan (hal.2)
2.      Aku akan kaya raya dan kuasai semesta (hal.3)
3.      Menjadi kawan sahabat dan saudara (hal.5)
4.      Sebab aku belum mandi dan sikat gigi (hal.6).
5.      Damai tanpa perang damai dengan tenang (hal.9).

Pada kutipan diatas, konjungsi dan muncul beberapa kali dalam satu naskah.

C.    Aspek leksikal.
Aspek leksikal yang digunakan dalam naskah drama Peace  karya Putu Wijaya berupa repetisi (pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan unsur wacana (kata,frasa, klausa) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (gorys Keraf,1994:127). Repetisi dalam naskah drama Peace karya Putu Wijaya tampak dalam tuturan berikut.
1.      Kita yang hidup di dalam hutan
Pohon-pohon semua adalah teman
Malam hari ada bintang dan bulan
Margasatwa tidur kita mulai jumpalitan
Cari buah yang jatuh disenggol kelelawar
Sambil menyanyi menari kejar-kejaran
Tidak seperti manusia yang suka tengkar
Mencuri milik orang tidak suka berkawan (hal.2,4-5,34).


2.      Kami anak seluruh bangsa
Pewaris masa depan dunia
Kami cinta damai dan persaudaraan
Kami cinta sesama dan kesetaraan
Langkah kami kecil tapi pasti
Jalan kami pelan tapi lurus
Hentikan sengketa lestarikan sejahtera
Damai tanpa perang damai dengan tenang
Damai, damai, damai (hal.8,9,20,21,34,35).

3.      Kau yang asing entah dari mana
Datang berkunjung cari rumah baru
Setelah makan kamu pun bertelor
Mari kawan kita jaga agar menetas
Ibunya kerja keras untuk terus hidup
Semua mahluk adalah teman kita
Hidup damai dunia milik bersama (hal.3-4,15)

4.      Yang tak berdaya kita tolong
Yang rajin kerja kita sokong
Tidak boleh pilih kasih
Damai harus tanpa warna. (hal. 10, 11,22,24,26,31)

pada tuturan kutipan (1) secara keseluruhan/penuh diulang sebanyak tiga kali, kutipan (2) diulang enam kali, kutipan (3) diulang tiga kali, dan pada kutipan (4) diulang sebanyak enam kali. Pengulangan tersebut dimaksudkan untuk menekankan bahwa sebuah perdamaian harus dijunjung tinggi, sebuah perdamaian yang diinginkan.

Contoh repetisi lain yang ada dalam naskah drama Peace  dapat diamati pada kutipan berikut.

5.      Telor, telor, siapa tidak doyan telor
Telor sebesar gajah, cukup buat sarapam satu tahun
Telor akan bikin aku kaya raya
Telor akan bikin aku berkuasa
Sukses besar karena aku pemburu perksasa (hal.7).

Pada kutipan (5) menunjukkan adanya repetisi epizeuksis, yaitu pengulangan satu lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Kata telur diulang sebanyak lima kali, hal ini menggambarkan bahwa telur yang diperoleh memang telur yang besar, telur yang sangat berharga.
Ada juga repetisi anapora seperti pada kutipan berikut.
Siapa kuat dia menang
Siapa jahat dia senang
Aku kaya aku kuasa
Aku ngetop terus nonstop

Kata siapa  pada larik pertama dan kedua, dan aku  pada larik ketiga dan keempat diulang sebanyak dua kali, repetisi anapora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata/frasa yang diulang.

D.    Kesimpulan
Berdasarakan kajian naskah drama dengan judul Peace karya Putu Wijaya dengan kajian aspek gramatikal dan leksikal dapat di simpulkan sebagai berikut.
1.      Dalam naskah drama peace karya Putu Wijaya terdapat aspek gramatikal yang meliputi: pengacuan (Referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
2.      Sedangkan aspek leksikal berupa repetisi. Repetisi dalam naskah drama Peace karya Putu Wijaya sangat dominan karena begitu banyaknya pengulangan yang dilakukan. Dengan adanya pengulangan yang sangat dominan membuat naskah drama Peace memiliki keunikan tersendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Sumarlam,2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Eriyanto, 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: PT LkiS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar