ANALISIS SOSIOLOGIS
DRAMA PEACE KARYA
PUTU WIJAYA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian
drama
Disusun Oleh :
Johan
Edy Raharjo
(0921104090)
PBSI
2009/R/D
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara mengenai sastra tentunya
tak akan ada habisnya. Banyak sekali pengertian mengenai sastra. Sastra
merupakan karya imajinatif, sastra adalah sebuah penciptaan, hasil kreatifitas.
Sastra adalah ekspresi atau ungkapan jiwa yang disampaikan dengan medium bahasa
yang berisi tentang pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat,
keyakinan, kepercayaan, dan lain-lain. Pengertian sastra diterapkan pada seni
sastra. Memberikan pengertian pada objek puisi, cerpen, novel, dan drama.
Genre-genri sastra ini sering disebut fiksi (fiction). Dalam konteks ini sering
diungkapkan sastra adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan secara tidak langsung.
Sastra adalah karya kreatif yang berisi aspirasi masyarakat yang tidak mungkin
diungkapkan di depan umum (Sujarwoko,2009:2). Sedangkan menurut Buku Praktis
Bahasa Indonesia (2003:109), sastra ialah karya tulis yang jika dibandingkan
dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan,
kearttistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ada tiga aspek yang
harus ada dalam sastra, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran. Kalau ada
sastra yang mengorbankan salah satu aspek ini, misalnya karena alasan
komersial, maka sastra itu kurang baik.
Drama, salah satu bagian dari
sastra yang dipentaskan, dipentaskan oleh beberapa tokoh yang memiliki peran
karakter sesuai yang dituangkan dalam naskah yang akan dipentaskan. Dalam drama
yang ditampilkan memiliki beberapa pesan yang disampaikan, baik secara tersurat
maupun tersirat. Dengan adanya pementasan drama yang ditampilkan kepada publik
diharapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnya bisa tersampaikan.
Sastra sangat erat dengan kehidupan
sosial, antara sastra dengan kehidupan sosial saling melengkapi. Sastra
merupakan refleksi masyarakat yang
dipengaruhi oleh kondisi sejarah. Eagleton (dalam Zainudin Fananie,2000)
Maka dari itu, dalam kajian ini
penulis mengaji naskah drama Peace karya Putu Wijaya dengan teori kajian
Sosiologi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah dalam kajian ini adalah Bagaimana cerminan masyarakat saat
ini dan tipu daya dalam drama Peace karya Putu Wijaya?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
tujuan kajian ini adalah Mendeskripsikan cerminan masyarakat saat ini dan tipu daya dalam drama Peace karya Putu Wijaya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Konsep
Sosiologi dan sastra
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang obje studinya
berupa aktifitas sosial manusia. Sastra merupakan karya seni yang
merupakan ekspresi kehidupan manusia. Dengan demikian, antara sastra dengan
sosiologi sebenarnya merupakan dua
bidang yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi. Sosiologi tidak hanya menghubungkan
manusia dengan lingkungan sosial budayanya, tetapi juga dengan alamkejian
sosiologi sastra menonjol adalah yang dilakukan kaum marxisme yang mengemukakan
bahwa sastra adalah refleksi masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi sejarah,
Eagleton dalam (Zainuddin fananie,2000).
Menurut
Laurenson (dalam Zainuddin Fananie,2000) terdapat tiga perspektif berkaitan
dengan sosiologi sastra.
a. Perspektif
yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang didalamnya merupakan refleksi
situasi pada masa sastra tersebut diciptakan.
b. Perspektif
yang mencerminkan situasi sosial penulisnya, dan
c. Model
yang dipakai karya sastra tersebut sebagai manifestasi kondisi sosial budaya
atau peristiwa sejarah.
PEMBAHASAN
Cerminan
masyarakat dan tipu daya dalam drama Peace
karya Putu Wijaya.
Sering
kali pengarang dalam proses kreatifnya mengambil ide dari kehidupan sosial
kemasyarakatan, melukiskan kehidupan masyarakat dalam sebuah karya yang
nantinya kan ditampilkan. Pengarang mengambil sebuah peristiwa yang sering
terjadi di dalam kehidupan dan mengemas sedemikian rupa agar karya yang
dihasilkan dapat memberikan sebuah kesan, memberi hiburan, juga memberikan
sebuah pesan yang nantinya akan menjadi bahan untuk koreksi diri. dalam drama Peace ini, pengarang menampilkan sebuah cerita yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari hari, misalnya saja tokoh pemburu jahat,
tokoh pemburu jahat ini tentunya ada dalam kehidupan sehari hari, pemburu
jahat, pasti memiliki peran, sifat dan perilaku yang jahat seperti dalam
kutipan berikut ini
“Seratus tahun aku
berburu
Tidak satu pun
dapat mangsa
Kalau hari ini
nasibku masih sial
Alamat dipecat
senjataku dirampas
Maka aku marah
darahku panas
Oiiiiii ke mana
binatang itu pergi
Kenapa rimba
selalu melindungi”
Aha itu dia yang
aku cari
Binatang gendut
bodoh dan rakus
Harus aku tembak
tapi peluru habis
Jadi lebih baik
aku jerat
Nanti aku
pamerkan keliling dunia
Aku akan kaya
raya dan kuasai semesta
Dari
kutipan diatan dangatlah jelas, bahwa tokoh pemburu jahat dalam drama Peace
memiliki sifat yang buruk, jahat, rakus, menginginkan sebuah
kekuasaan.
Mangsa, mangsa,
mangsa
Astaga itu dia
telur yang aku cari
Daripada
induknya yang sudah tua bangka
Lebih baik
anaknya yang masih remaja
Akan kujadikan
dia budak dan mesin duit
Kekuasaan,
kekayaan itulah yang dicari oleh pemburu jahat. Secara tidak langsung, dalam
drama ini pengarang menampilkan sebuah perilaku manusia di bumi ini sebagai
orang yang haus akan kekuasaan, kekayaan dalam hidupnya, walaupun dengan cara
yang merusakpun dilakukan, tanpa adanya pemikiran yang matang, pemikiran
mengenai halal taupun haram jalan yang ditempuh. Menerobos batasan-batasan yang
ada. Melanggar peraturan-peraturan yang seharusnya dilaksanakan.
Tokoh pemburu identik dengan
orang-orang yang memburu kekuasaan, jabatan, misalnya sebagai bupati, gubernur,
presiden, menteri, DPR ataupun wakil rakyat lainnya, semua itu diburu dengan
berbagai alasan, salahsatunya kekuasaan. Berikut ini merupakan gambaran tentang
perilaku tokoh pemburu jahat
“Jangan lari,
aku ini orang baik hati
Akan kutolong
kau lahir
Aku jaga dan
berikan susu yang banyak enersi
Kau akan cepat
besar dan senang
Sebab aku
dermawan jujur dan ikhlas
Ayo jangan lari
menyerahlah!”
Dengan
berbagai janji-janji yang sebenarnya hanyalah sebagai penghalus dan pelancar
sebuah tindakan yang dilakukan. Ketamakan, kerakusan juga digambarkan dalam
kutipan berikut ini
“Telor, telor,
siapa tidak doyan telor
Telor sebesar
gajah, cukup buat sarapam satu tahun
Telor akan bikin
aku kaya raya
Telor akan bikin
aku berkuasa
Sukses besar
karena aku pemburu perkasa”
Terkadang,
para wakil rakyat hanyalah memiliki janji-janji kosong, janji manis disaat
menginginkan sesuatu, yakni pada saat mencalonkan diri, namun setelah menjadi
wakil maka janji yang pernah diucapkan hanyalah kata manis di bibir saja.
Betul,
suaranya juga dibuat-buat, dia pintar bersandiwara, seperti wakil-wakil rakyat
yang edhan-edahan rebutan kursi dan rezeki
“angan
begitu. Katanya kerjasama suka menolong. Aku Pemburu Perkasa tapi sudah tua.
Ini telur harus dibawa pulang untuk oleh-oleh. Tolong semua ikut angkat, supaya
aku cepat sampai ke rumah. Kalau tidak aku bisa dipecat. Lihat aku tidak
berdaya.”
“Ha-ha-ha-ha,
itu ketawa kemenangan. Hi-hi-hi – itu ketawa kesuksesan. Hu-hu-hu, itu ketawa
karena kamu bodo kebo. He-he-he-he, itu ketawa pahit karena aku kehilangan
telor. Tapi tidak apa kamu semua anak-anak dunia jadi gantinya. Kamu semua akan
aku jual. Jantungmu, hatimu, limpamu, matamu akan aku copot satu per satu, lalu
dijual harganya lagi tinggi sekali. Ha-ha-ha, hi-hi-hi, hu-hu-hu, he-he-he aku”
”hebuuuuuaaaaaaaat!!!
Siapa
kuat dia menang
Siapa
jahat dia senang
Aku kaya
aku kuasa
Aku
ngetop terus nonstop”
Sedangkan
tokoh raksasa gimbal, anak raksasa gimbal, telur, anak dunia merupakan cerminan
dari msyarakat yang mudah ditipu, di perdaya karena kurangnya pengetahuan, kurangnya
persatuan. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini
“Ini
bukan senjata, ini tongkat besi untuk bela diri kalau ada penjahat, anakku,
aduhhhhh tolong, tolong kasihan orang tua ini, aku yatim piatu”
Rakyat
yang banyak jumlahnya, digambarkan sebagai raksasa besar, namun tidak memiliki
kekuatan yang bisa menghancurkan sebuah kekuasaan. Diakhir drama, sebuah
persatuan antara raksasa, telur dan anak dunia mengalahkan pemburu jahat.
Tolonggggggg!
Tolongggggggg!
Pemburu
jahat lari kearah penonton menjerit ketakutan lalu kabur keluar gedung sambil
berteriak-teriak ketakutan.
Dengan
demikian, bagaimanapun sebuah kejahatan, kekuasaan, tipu daya dapat di kalahkan
dengan adanya persatuan.
KESIMPULAN
Dari
kajian drama Peace karya Putu Wijaya dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
Perilaku manusia, penguasa, pemburu
kekuasaan dalam drama Peace karya Putu Wijaya mencerminkan kehidupan
sosial, politih yang ada di negara ini. Tipu daya yang dilakukan dengan
berbagai kedok tentu akan terbongkar.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
Praktis Bahasa Indonesia jilid I. 2003. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Sujarwoko. Materi perkuliahan “Teori Sastra I” Program S-1 Bahasa dan Sastra
Angkatan 2009, Kediri. Tidak diterbitkan.
Wijaya,Putu. 2008. Peace.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar