Selamat Datang

Mari berbagi ilmu, saling melengkapi. jika ada kesalahan saling membenahi.

Selasa, 09 Juni 2015

Analisis Wacana: penerapan tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam sebuah tindak tutur.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara tradisional, jika kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan mengenai bahasa, maka secara spontan kita akan menjawab bahwa bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, bahasa dijadikan sebuah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau
perasaan. Pernyataan ini memang benar, namun pernyataan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi hanyalah merupakan bagian kecil dari fungsi-fungsi bahasa. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa fungsi-fungsi bahasa dapat kita lihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
Dalam sebuah komunikasi sebagai wujud dari penggunaan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, dan emosi secara langsung. Sehingga, dalam setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur. Menurut Abdul Chaer (2004:47) dalam Sosiolinguistik mengatakan bahwa peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dengan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang bertutur dalam situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (speech act) yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial, maka tindak tutur merupakan gejala individual. Dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, sedangkan dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.
Meurut Austin (1962:100-102) dalam Abdul Chaer (2004:53), sebuah tindak tutur mengandung tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Untuk mengetahui tindak tutur lokusi,  tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam sebuah peristiwa tutur, maka kiranya akan lebih jelas jika kita menganalisisnya melalui sebuah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah penerapan tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam sebuah tindak tutur?

C.  Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam sebuah tindak tutur.



BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Peristiwa Tutur
Menurut Abdul Chaer (2004:47) dalam Sosiolinguistik, yang dimaksud dengan peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau yang lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur atau lawan tutur, dengan pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Peristiwa tutur dapat kita jumpai dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat di kantor, dan lain-lain. Sebuah percakapan disebut sebagai peristiwa tutur jika memiliki pokok percakapan dan tujuan tertentu.
Dell Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah:
a.     Setting and scene
Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi pembicaraan.
b.    Participants
Merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pengengar atau pengirim dan penerima (pesan)

c.     Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan
d.    Act sequence
Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
e.     Key
Key mengacu pada nada dan cara dimana suatu pesan disampaikan. Key juga dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f.     Instrumentalities
Mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur tulis dan jalur lisan.
g.    Norm of interaction and interpretation
Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.
h.    Genre
Mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, doa, dan lain-lain.

B.       Tindak Tutur
Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atas arti tindakan dalam sebuah tuturan.

C.    Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi
Menurut Austin (1962:100-102) dalam Abdul Chaer (2004:53), sebuah tindak tutur mengandung tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan.
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain.
Tindak tutur ilokusi (Abdul Syukur,1993:16), dibagi menjadi:
1.      Kostatif: ekspresi kepercayaan
a.       Asertif: menyampaikan
b.      Prediktif: meramalkan atau memprediksi
c.       Retrodiktif: melaporkan
d.      Deskriptif: mendeskripsikan
e.       Konfirmatif: menyimpulkan
f.       Konsesif: mengakui
g.      Responsif: menjawab dan merespon
h.      Sugestif: menyarankan
2.      Direktif
a.       Requstives: meminta
b.      Questions: bertanya
c.       Requirement: mengatur
3.      Komisif
a.       Promises: menjanjikan
b.      Offers: menawarkan
4.      Acknoledgments
a.       Appologize: minta maaf
b.      Congratulate:  mengucapkan selamat
c.       Greet: mengucapkan salam
d.      Thank: terimakasih
e.       Reject: menolak




BAB III
ANALISIS

Untuk lebih mengetahui secara langsung tentang tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi, maka kami sajikan beberapa contoh tindak tutur yang coba kami analisis.
1.        Peristiwa tindak tutur antara seorang guru dengan murid di sebuah ruang kelas.
Guru         : “Anak-anak, kapurnya habis ya?” (sambil memegang kotak kapur yang kosong)
Siswa       : (memerhatikan gurunya yang memegang kotak kapur yang kosong). Salah seorang siswa beranjak mengambil kapur ke kantor.
Dari peristiwa tindak tutur di atas dapat kita analisis bahwa:
a.       Tindak tutur lokusi: ucapan guru “Anak-anak, kapurnya habis ya?”
b.      Tindak tutur ilokusi: Si guru menyuruh siswa untuk mengambil kapur, karena sudah tidak ada lagi persediaan kapur di kelas.
c.       Tindak tutur perlokusi: salah seorang siswa mengambil kapur

2.        Peristiwa tindak tutur antara seorang ayah dengan anaknya malam hari, ketika sang anak masih asyik menonton televisi.
Ayah        : “Nak... sudah jam berapa ini?”
Anak        : (Si anak tersenyum sambil mematikan televisi dan meraih buku pelajaran)

Dari peristiwa tindak tutur di atas dapat kita analisis bahwa:
a.       Tindak tutur lokusi: ucapan Ayah “Nak... sudah jam berapa ini?”
b.      Tindak tutur ilokusi: Si ayah menyuruh anaknya untuk belajar karena besok harus kembali sekolah.
c.       Tindak tutur perlokusi: Sang anak mematikan televisi, dan belajar.
3.        Percakapan antara Siti dan Wahyu, di kelas PBSI 2009 R D pada saat perkuliahan berlangsung.
Siti         :”punya bolpoin Wah?”
Wahyu   :”punya”, (sambil mengambilkan bolpoin kemudian diberikan kepada Siti)
Dari percakapan atau tuturan diatas, dapat disimpulkan atau dianalisis sebagai berikut:
a.       Tindak tutur lokusi: ucapan Siti “punya bolpoin Wah?”
b.      Tindak tutur ilokusi: Siti menyuruh Wahyu untuk mengambil bolpoin yang kemudian dipinjamkan untuknya.
c.       Tindak tutur perlokusi : Wahyu mengambil bolpoin kemudian diberikan kepada Siti.
4.      Mala      :  “mbak, nanti kalau aku ulang tahun, aku tolong belikan hadiah seperti itu ya!”.
Santi      : “apa ada ulang tahun kok minta hadiah!” (sambil berlalu pergi).
Dari tuturan diatas, tuturan (mala) termasuk tindak tutur ilokusi jenis asertif yaitu tindakan menyampaikan suatu hal yang menyebabkan orang lain bereaksi yaitu menjawab pertanyaan sambil melakukan tindakan (pergi) yaitu saudara (santi).
5.        Dino    : “Inilah calon wisudawan kita saudara Bagas, hahahahaaa selamat ya......”.
Bagas  : “Ada-ada saja”. (sambil tepuk tangan).
Dari percakapan diatas termasuk jenis tuutran ilokusi jenis asertif karena menyampaikan suatu pernyataan kemudian diikuti oleh tindak ilokusi congratulate yaitu ucapan selamat.
Dari tuturan tersebut saudara Bagas melakukan tepuk tangan.


                                                                                                                    



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Agustina Leonie.2004. “sosiolinguistik” perkenalan awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Syukur, Abdul.2003..........................................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar