BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara tradisional, jika kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan
mengenai bahasa, maka secara spontan kita akan menjawab bahwa bahasa merupakan
alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, bahasa
dijadikan sebuah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau
perasaan. Pernyataan ini memang benar, namun pernyataan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi hanyalah merupakan bagian kecil dari fungsi-fungsi bahasa. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa fungsi-fungsi bahasa dapat kita lihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
perasaan. Pernyataan ini memang benar, namun pernyataan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi hanyalah merupakan bagian kecil dari fungsi-fungsi bahasa. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa fungsi-fungsi bahasa dapat kita lihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
Dalam sebuah komunikasi sebagai wujud dari penggunaan bahasa,
manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan,
maksud, perasaan, dan emosi secara langsung. Sehingga, dalam setiap proses
komunikasi terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur. Menurut Abdul Chaer
(2004:47) dalam Sosiolinguistik mengatakan bahwa peristiwa tutur adalah
terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran
atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan
pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dengan pembeli
di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya adalah sebuah
peristiwa tutur. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut
pihak-pihak yang bertutur dalam situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini
pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur (speech act)
yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur
merupakan gejala sosial, maka tindak tutur merupakan gejala individual. Dalam peristiwa
tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya, sedangkan dalam tindak tutur
lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan
peristiwa tutur merupakan dua
gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.
Meurut Austin (1962:100-102) dalam Abdul Chaer (2004:53), sebuah
tindak tutur mengandung tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus,
yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Untuk mengetahui tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur
perlokusi dalam sebuah peristiwa tutur, maka kiranya akan lebih jelas jika kita
menganalisisnya melalui sebuah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah penerapan tindak tutur
lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam sebuah tindak
tutur?
C.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan
tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi dalam
sebuah tindak tutur.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Peristiwa
Tutur
Menurut Abdul Chaer (2004:47) dalam Sosiolinguistik, yang
dimaksud dengan peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguistik dalam satu bentuk ujaran atau yang lebih yang melibatkan dua pihak,
yaitu penutur atau lawan tutur, dengan pokok tuturan, di dalam waktu, tempat,
dan situasi tertentu. Peristiwa tutur dapat kita jumpai dalam acara diskusi di
ruang kuliah, rapat di kantor, dan lain-lain. Sebuah percakapan disebut sebagai
peristiwa tutur jika memiliki pokok percakapan dan tujuan tertentu.
Dell Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa
suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf
pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu
adalah:
a.
Setting
and scene
Setting
berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu
pada situasi tempat dan waktu atau situasi pembicaraan.
b.
Participants
Merupakan
pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pengengar atau
pengirim dan penerima (pesan)
c.
Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan
d.
Act
sequence
Act
sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi
ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
e.
Key
Key
mengacu pada nada dan cara dimana suatu pesan
disampaikan. Key juga dapat ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
f.
Instrumentalities
Mengacu
pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur tulis dan jalur lisan.
g.
Norm
of interaction and interpretation
Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.
h.
Genre
Mengacu
pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, doa, dan lain-lain.
B.
Tindak
Tutur
Peristiwa
tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang
terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan
gejala sosial seperti disebut di atas, maka tindak tutur merupakan gejala
individual. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan peristiwanya,
tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atas arti tindakan dalam
sebuah tuturan.
C.
Lokusi,
Ilokusi, dan Perlokusi
Menurut
Austin (1962:100-102) dalam Abdul Chaer (2004:53), sebuah tindak tutur
mengandung tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, yaitu tindak
tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
Tindak
tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata”
atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
Tindak
tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan
kalimat performatif yang eksplisit. Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan
dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan
menjanjikan.
Tindak
tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang
lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain.
Tindak
tutur ilokusi (Abdul Syukur,1993:16), dibagi menjadi:
1.
Kostatif:
ekspresi kepercayaan
a.
Asertif:
menyampaikan
b.
Prediktif:
meramalkan atau memprediksi
c.
Retrodiktif:
melaporkan
d.
Deskriptif:
mendeskripsikan
e.
Konfirmatif:
menyimpulkan
f.
Konsesif:
mengakui
g.
Responsif:
menjawab dan merespon
h.
Sugestif:
menyarankan
2.
Direktif
a.
Requstives:
meminta
b.
Questions:
bertanya
c.
Requirement:
mengatur
3.
Komisif
a.
Promises:
menjanjikan
b.
Offers:
menawarkan
4.
Acknoledgments
a.
Appologize:
minta maaf
b.
Congratulate: mengucapkan selamat
c.
Greet:
mengucapkan salam
d.
Thank:
terimakasih
e.
Reject:
menolak
BAB III
ANALISIS
Untuk lebih
mengetahui secara langsung tentang tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi,
maka kami sajikan beberapa contoh tindak tutur yang coba kami analisis.
1.
Peristiwa
tindak tutur antara seorang guru dengan murid di sebuah ruang kelas.
Guru : “Anak-anak,
kapurnya habis ya?” (sambil memegang kotak kapur yang kosong)
Siswa : (memerhatikan
gurunya yang memegang kotak kapur yang kosong). Salah seorang siswa
beranjak mengambil kapur ke kantor.
Dari peristiwa tindak tutur di atas dapat kita analisis bahwa:
a.
Tindak
tutur lokusi: ucapan guru “Anak-anak, kapurnya habis ya?”
b.
Tindak
tutur ilokusi: Si guru menyuruh siswa untuk mengambil kapur, karena sudah tidak
ada lagi persediaan kapur di kelas.
c.
Tindak
tutur perlokusi: salah seorang siswa mengambil kapur
2.
Peristiwa
tindak tutur antara seorang ayah dengan anaknya malam hari, ketika sang anak
masih asyik menonton televisi.
Ayah : “Nak... sudah
jam berapa ini?”
Anak : (Si anak
tersenyum sambil mematikan televisi dan meraih buku pelajaran)
Dari peristiwa tindak tutur di atas dapat kita analisis bahwa:
a.
Tindak
tutur lokusi: ucapan Ayah “Nak... sudah jam berapa ini?”
b.
Tindak
tutur ilokusi: Si ayah menyuruh anaknya untuk belajar karena besok harus
kembali sekolah.
c.
Tindak
tutur perlokusi: Sang anak mematikan televisi, dan belajar.
3.
Percakapan antara Siti dan Wahyu, di kelas PBSI 2009 R D pada saat
perkuliahan berlangsung.
Siti
:”punya bolpoin Wah?”
Wahyu :”punya”,
(sambil mengambilkan bolpoin kemudian
diberikan kepada Siti)
Dari percakapan atau tuturan diatas, dapat
disimpulkan atau dianalisis sebagai berikut:
a. Tindak tutur lokusi: ucapan Siti “punya
bolpoin Wah?”
b. Tindak tutur ilokusi: Siti menyuruh Wahyu
untuk mengambil bolpoin yang kemudian dipinjamkan untuknya.
c. Tindak tutur perlokusi : Wahyu mengambil
bolpoin kemudian diberikan kepada Siti.
4. Mala : “mbak, nanti kalau aku ulang tahun, aku
tolong belikan hadiah seperti itu ya!”.
Santi : “apa ada ulang tahun kok minta hadiah!” (sambil berlalu
pergi).
Dari tuturan diatas, tuturan (mala) termasuk tindak tutur ilokusi
jenis asertif yaitu tindakan menyampaikan suatu hal yang menyebabkan orang lain
bereaksi yaitu menjawab pertanyaan sambil melakukan tindakan (pergi) yaitu
saudara (santi).
5.
Dino : “Inilah calon wisudawan kita saudara
Bagas, hahahahaaa selamat ya......”.
Bagas : “Ada-ada saja”. (sambil tepuk tangan).
Dari percakapan diatas termasuk jenis tuutran ilokusi jenis asertif
karena menyampaikan suatu pernyataan kemudian diikuti oleh tindak ilokusi
congratulate yaitu ucapan selamat.
Dari tuturan tersebut saudara Bagas melakukan tepuk tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan
Agustina Leonie.2004. “sosiolinguistik” perkenalan
awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Syukur, Abdul.2003..........................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar